Materi Kelas 4, 5, dan 6 Belajar dari Rumah Bersama TVRI, Kamis 16 April 2020 Kain Tenun Sengkang

Halo anak-anak kelas 4, 5, dan 6!
Apa sudah menonton tayangan materi untuk hari ini di TVRI?
Apakah sudah paham dengan materinya?
Jika belum, anak-anak dapat membaca ringkasan berikut dan juga menonton videonya lagi ya!
Selamat belajar!

Kain Tenun Sengkang

Kota Sengkang merupakan sebuah kota yang terletak di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kabupaten Wajo mempunyai kekayaan alam dan budaya yang menakjubkan. Di daerah ini terdapat Danau Tempe yang merupakan penghasil ikan tawar. Danau ini terbentang di sisi barat kota Sengkang. Danau ini mempunyai pesona alam yang elok dan unik. Perkampungan nelayan bernuansa bugis berjajar sepanjang tepian danau. 

Berjarak 2 km arah timur kota Sengkang, dekat danau Lampurung terdapat kampung adat Atakkae. Disana terdapat duplikat rumah adat Wajo. Salah satu diantaranya yang terbesar adalah Seoraja.

Ada yang khas dari masyarakat Bugis sebagai sebagai suku asli di Kabupaten Wajo, yaitu keberadaan kain tenun sutra Sengkang. Menurut cerita turun-menurun dan beberapa literatur, kain tenun ini sudah ada sejak ratusan tahun.

Kain tenun Sengkang dibuat oleh para wanita bugis. Awalnya hanya dibuat untuk dipakai sendiri. Kegiatan menenun kain sutera ini juga dijadikan salah satu cara oleh orang tua bugis untuk mendidik anak perempuannya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lama-kelamaan kegiatan ini menjadi sebuah budaya.

Dalam bahasa bugis, sutera berarti Sabbe.  Aktivitas Masyarakat Wajo dalam mengelola sutera sudah diulakukan secara turun-temurun, baik  dalam skala industri rumah tangga, maupun industri menengah.

Proses pembuatan kain sutera membutuhkan waktu yang cukup lama dan melibatkan sedikitnya 15 orang dalam satu kali tahapan pembuatan kain.

Sebelum menjadi benang sutera ada proses yang cukup panjang, yang dimulai dari peternakan ulat sutera. Mulai dari pemeliharaan ulat sutera, proses menjadi kokon, hingga akhirnya menjadi benang sutera yang siap ditenun menjadi sehelai kain. 

Setelah telur menetas, 3 harinya diberi makan daun Murbei. Setelah 3 hari makan makan ulat akan tidur. Ulat tidur selama 2 x 24 jam tanpa makan. Setelah itu makan lagi selama 2 hari. Kemudian tidur yang kedua. Begitu seteruanya sampai tidur yang keempat.  Setelah masuk tidur yang kelima, maka masuk proses pengokonan, biasanya membutuhkan waktu 3 hari.

Pada proses pengokonan, ulat akan mengeluarkan air liurnya untuk membungkus dirinya hingga membentuk bundaran.  Bundaran inilah yang disebut kokon (kepompong ulat sutera) dan menjadi benang sutra.

Dalam proses pembuatan benang sutera menjadi kain tenun, masyarakat pada umumnya masih menggunakan alat tradisional, yaitu alat tenun gedogan. Alat tenun gedogan terdiri dari alat gulungan benang, alat penindis untuk menekan benang bawah, tali untuk alat pembantu benang bawah, sisir, walida alat untuk merapatkan benang, teropong alat untuk memasukkan benang, wakangeng alat untuk gulungan kain.

Perkembangan teknologi yang datang dari tanah Jawa sekitar tanah 1950, membuat sebagian masyarakat beralih dari alat tenun gedogan menjadi alat tenun bukan mesin.

Untuk lebih jelas dapat menonton kembali video berikut!



Kain tenun Sutera sengkang mempunyai nilai simbolik yang sangat tinggi dalam menerjemahkan hubungan suami istri dalam masyarakat Wajo. Kain tenun Sengkang mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan kain tenun lainnya, yaitu warna yang terang dan mencolok.  Warna kain tenun inipun menjadi makna tertentu dan penanda tersendiri dalam kehidupan masyarakat Wajo. Misalnya seorang gadis biasanya memakai sarung kotak-kotak kecik dengan warna merah muda. 

Selain warna, motif khas kain tenun Sengkang juga menjadi ciri khas sejak ratusan tahun silam, walaupun seiring berjalannya waktu, motif ini mengalami perubahan. Sarung Sutera Sengkang (Lipa Sabbe) mempunya ciri khas pada tumpalnya yang berbentuk garis-garis vertikal atau berbentuk motif kembang. 

Motif Balo Makalu (melingkar) berposisi horizontal. Motif ini menggambarkan hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. 

Motif Balo Tetong (Vertikal) menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan.
Motif Balo Renni (kotak kecil) biasanya digunakan oleh perempuan. 
Motif Balo Lobang yang teridri dari paduan motif berbentuk kotak yang lebih besar.
Motif Balo Mapagiling yang ditenun dengan teknik tenun ikat dan tenun subik. 
Motif Sutera Lagosi sebagai perlambang cinta dan harga diri seorang perempuan Bugis.

Untuk lebih jelas dapat menonton lagi video berikut!



Bagaimana anak-anak, sudah paham tentang kain tenun Sengkang?
Untuk menguji pemahaman anak-anak, dapat mengerjakan latihan berikut ya!
Ingat isikan identitasmu.


Setelah selesai mengirim jawaban dapat melihat nilai pada tabel berikut!



Demikian pembelajaran hari ini, jangan lupa besok nonton lagi di TVRI ya!
Tetap semangat belajar di rumah.
I Wayan Ardika Saya adalah Seorang Guru Sekolah Dasar yang bertugas di Kab. Jembrana, Bali. Melalui Blog ini, saya ingin terus belajar sambil berbagi.

Belum ada Komentar untuk "Materi Kelas 4, 5, dan 6 Belajar dari Rumah Bersama TVRI, Kamis 16 April 2020 Kain Tenun Sengkang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel